Tadinya, lembar putih ini ingin
kuisi dengan serangkum rindu yang menjelma luka. Banyak orang bilang, rindu
adalah rasa paling indah. Ya, indah, tapi tak lama. Ketika rindu itu sudah
makin bertumpuk, tanpa segera bisa dikurangi, maka bersiaplah untuk terluka.
Siapa yang bisa tahan akan
gelegak rindu yang sudah tak sabar ingin disembukan?
Ya, rindu sedang memberati
benakku, membebani hatiku. Beberapa minggu kemarin, ada kecewa yang sejenak
datang padaku. Kecewa tersebab janji yang batal, karena tak adanya satu kata
sepakat. Hingga akhirnya ia berhasil membuatku berhenti berharap.
Baiklah. Mungkin bukan hari
ini, bukan minggu ini, bukan bulan ini, bukan di momen ini. Sepertinya aku
harus bersiap menerima gundukan rindu berikutnya, lalu menahannya, hingga tiba
saatnya diruntuhkan.
Dan selama itu, berusaha
kuhibur diriku, melipur rindu itu dengan cara-cara yang kupikir bisa
meredamnya. Tapi ternyata mengusirnya tak semudah yang kukira.
Ah, ayolah… rupanya rindu ini
sudah tak sabar ingin segera diluapkan. Tapi kapan? Di waktu yang mana?
#
Dering teleponku memecah
kesunyian sore ini. Sebuah nomor tak bernama, dengan suara seorang gadis di
seberang mengherankanku. Suara siapa ini? Memoriku tak terlalu baik dalam
mengenali suara seseorang, apalagi yang sudah lama tak bertemu.
Tapi baiklah. Kutunggu ia, seperti
yang dikatakannya di telepon tadi. Bersama rasa penasaran yang mulai menjalari
benakku.
Kali ini, kenangan apa yang
akan diurai kembali? Sempat terbersit pada salah satu masa, di mana kenangan
itu diciptakan. Kenangan dari masa itukah? Tapi aku sendiri tak terlalu yakin.
Beberapa menit kemudian,
kulangkahkan kaki ke ruang depan. Setelah memutar kunci dua kali, kubuka pintu.
Dan… terkaanku benar, ternyata.
Sore ini, kutemui lagi wajah-wajah itu, wajah para kawan kecilku. Sahabat Merah
Putih.
Senyum melebar di wajahku,
bersamaan dengan rasa lega yang menyusup tiba-tiba. Tumpukan rindu yang
terhimpit sejak lama, entah sudah pergi ke mana.
Mereka yang datang kali ini
hanya empat orang. Setelah bersalaman sembari saling bermaafan, dimulailah
semuanya.
Gaduh rangkai cerita yang
berpadu dengan canda. Ramai canda yang menyatu dengan tawa.
Ya, mereka yang
mengembalikannya, bersama toples-toples makanan ringan sebagai selingan.
Aku sendiri tak banyak
menimpali. Hanya tak henti mengukir senyuman. Seperti kurasakan kembali momen
Idul Fitri tiga tahun lalu, saat pasukan Sahabat Merah Putih yang datang lebih
banyak dari ini.
“Dinda, kamu cerita apaaa, gitu
lho. Jangan diem aja!”
Celetukan itu menggemakan
tawaku sebentar. Apa perlu aku berkisah juga? Saat semua cerita dan ceria yang
kalian bawa sudah lebih dari cukup untuk mengobati rinduku?
Dan, seakan tak pedulikan waktu
yang terus berlari, gulungan kenangan terus dibuka, bersama riang tawa yang
terdengar merdu di telinga.
Meski akhirnya
kenangan-kenangan itu harus rela mengalah pada menit dan detik yang tak henti
bergulir.
Akhirnya, meski enggan, aku
tetap tersenyum menyambut jabat tangan berbalut kata pamit yang mereka ucapkan.
Tapi seperti biasa, sebelum pulang, mari tunjukkan gaya terbaik di depan
kamera!
#
Maka, tak ada kata lain yang
patut terucap selain terimakasih.
Untuk kalian berempat;
Ulfa
Fikria Putri, salam untuk Chizu dan Chika, ya :)
Niko
Bagus, aku minta satu kucingnya, yang Persia ya! Boleh kan? :P
Afian
Hakim, kenapa tadi nggak jadi foto di depan lemari? Hehehe…
dan Ade Surya Haryono, salam buat skripsinya, moga cepet beres :D
Terimakasih untuk waktu yang
telah disisihkan untuk meramaikan rumahku. Maafkan aku kalau terlalu sering
bertanya tentang reuni, anjangsana, dan semacamnya. Bukan maksudku mengganggu
kepadatan jadwal kalian. Aku hanya rindu mendengar canda tawa kalian.
Dan sore ini, semuanya telah
kalian bawa ke rumahku. Maka, terimakasih. Sedikit waktu yang telah kalian
luangkan, sama sekali tak bisa dinilai dengan apa pun. Canda dan cerita yang
kalian bingkiskan, sudah lebih dari cukup sebagai pengobat rinduku.
Terimakasih…
See
you next time, remarkable friends!
Blitar,
20 Juli 2015
Adinda
Dara
Mbak dindaaa.. duh, selalu ikut seneng tiap kali baca tulisan mbak. Mengalir tenang di hati*tsaahhh :D
BalasHapusMinal 'aaidin wal faizin ya Mbak :") maaf lahir bathin ^^
Terimakasih sudah membaca, Vinda... Maaf lahir dan batin juga :)
BalasHapus