Saya kembali lagi dalam Coretan
Si Anak Magang, yang kali ini sudah memasuki sekuel tiga. Hahaha, sekuel,
memangnya film? Hehehe…
Coretan ini saya buat di hari Jumat, di mana ada ekstra
waktu istirahat selama dua jam. Setelah tiga hari berkutat dengan
pengklasifikasian dan pengatalogan yang cukup memusingkan, kali ini saya masuk
di bagian Pelayanan. Ada empatbelas jenis Pelayanan di Perpustakaan Proklamator
Bung Karno ini, tapi dalam praktik ini saya hanya menjalani empat jenis
layanan, yaitu layanan Anak dan Remaja, Referensi, Keanggotaan, dan Museum
Koleksi. Dan selama dua hari ini, sejak Kamis kemarin, saya praktik di bagian
Anak dan Remaja.
#
Di bagian Anak dan Remaja ini, terdapat banyak sekali
buku dengan berbagai jenis, mulai dari novel, komik, majalah, tabloid, buku
cerita anak-anak, ensiklopedi, buku pelajaran, hingga Al Quran, Juz Amma, dan
Alkitab untuk anak-anak. Ruangan ini juga dilengkapi fasilitas Audio Visual,
untuk para pengunjung yang ingin menonton film.
Di hari pertama, tugas saya tak banyak. Malah bisa
dikatakan hampir tak ada tugas. Saya sempat merasa tidak enak dengan tiga orang
pengelola itu, namun mereka sendiri merasa belum ada yang perlu saya kerjakan.
Tugas saya hanya menjumlah total pengunjung yang datang sejak dua hari sebelumnya,
juga ikut membantu mengembalikan buku-buku yang sudah selesai dibaca ke rak
sesuai dengan urutan masing-masing.
#
Di hari Jumat ini pun, tugas saya hampir tak ada. Pagi
ini, ada kunjungan dari TK Al-Hidayah yang membawa 55 orang siswa siswi TK yang
langsung membuat kegaduhan di ruangan yang biasanya senyap ini. Agak siang
sedikit, giliran MA Maarif NU yang membawa 41 siswi berseragam Pramuka-nya, dan
mereka masuk bergantian, sekitar lima sampai tujuh orang.
Setelah itu, tak ada lagi, hingga tiba jam sebelas, dan
layanan ditutup sementara sampai pukul satu siang nanti. Saya mulai sibuk
merapikan buku-buku yang berserakan di meja. Dan saya menemukan sebuah majalah
bernama Glow Up, yang dari headline-nya
saja sudah berhasil membuat saya penasaran. Creative
Writing, lengkap dengan nama Raditya Dika, dan dua penulis terkenal lainnya
di sana.
Segera saja saya buka, halaman demi halaman, hingga
sampai di halaman 14, saya menemukan artikel wawancara dengan personil band
Efek Rumah Kaca, Cholil. Dari situ saya paham, bahwa mencipta lirik itu pada
hakikatnya sama dengan menulis cerpen atau novel. Harus selalu menggali ide-ide
baru.
Barulah pada halaman berikutnya, saya menemui Raditya Dika, dengan headline Susah Menemukan Dukanya Menulis. Raditya Dika mengatakan, bahwa sebenarnya setiap orang adalah penulis. Ya, everyone is a writer, apalagi mereka yang punya akun sosial media, seperti Facebook dan Twitter. Menurutnya, daripada hanya menulis sebaris dua baris status, mengapa tidak sekalian dikembangkan menjadi cerita saja? Toh, buku-buku best seller-nya hampir semua bertema kehidupan sehari-harinya.
Raditya Dika juga punya tips
menulis yang bertajuk 3 Elemen Penulisan
Kreatif dalam Blog yang Bisa Menjadi Pedoman untuk Merintis Jadi Penulis, yang
dikutip dari website pribadinya. Diantaranya:
1.
First Sentence yang Menarik, jika
Anda ingin menulis, baik untuk sebuah buku atau dalam Blog, harus mempunyai first sentence (kalimat pertama) yang
menarik. Karena menurutnya, jika kalimat pertama saja sudah menarik, maka
pembaca akan penasaran dan membaca habis tulisan kita.
2.
Membuat
Tulisan Ekonomis, bagi penulis Marmut
Merah Jambu ini, tulisan yang baik adalah yang seperti musik, ada tempo
teratur, ada jeda untuk menarik napas, da nada nada yang mengalir. Kebanyakan orang mengatakan, draft pertama ditulis hanya untuk mengeluarkan
apa yang ada di kepala. Draft kedua
ditulis untuk memperbaiki yang sudah ditulis di draft pertama. Dan draft
ketiga untuk membuat tulisannya bersinar. Jadi, jangan buru-buru ketika
menulis, buatlah tulisan semenarik mungkin.
3.
Menemukan
dan Menggunakan Voice Anda Sendiri, menurut
lelaki 30 tahun ini, setiap penulis pasti punya voice-nya sendiri-sendiri. Voice
yang khas akan membantu mencirikan diri dari penulis lain. Cara menemukan voice kita sendiri sangat sederhana,
yaitu dengan cara banyak membaca dan berlatih. Dengan membaca, kita akan
mendapatkan banyak referensi, dan dengan banyak berlatih kita bisa tahu cara
penyampaian cerita yang paling baik menurut kita. Menulis, berlatih, dan
jadilah berbeda dari orang lain.
1.
Niat
2.
Menentukan
yang Akan Ditulis, sebaiknya menulislah dari hal-hal yang kita
tahu, peduli, dan pahami.
3.
Banyak
Mencari Referensi
4.
Konsistensi,
dengan
mencicil tulisan setiap hari.
Wah,
benar-benar tips yang keren! Hehehe… Semoga para pembaca yang hobi menulis bisa
menerapkan tips tadi ya! Begitu pula saya sendiri.
#
Pukul setengah satu, saya makan siang bersama Bu Sri dan
Bu Min, masih dengan lesehan di sudut ruang baca. Hari ini sebotol kecil air
putih yang saya bawa harus rela tak terminum, karena Bu Sri membelikan saya es
kelapa muda. Terimakasih banyak, Bu…
Setelah makan, kami mulai
menata buku kembali di rak. Ketika jam telah menunjukkan pukul setengah tiga,
saya pun pamit pulang, karena jadwal pulang memang lebih cepat setengah jam di
hari Jumat.
#
Terimakasih banyak, Bu Sri, Bu Min, dan Bu Nina, atas
sambutan hangat, juga kesabaran, dan bimbingannya selama dua hari ini. Maaf
jika saya tak banyak membantu selama di Anak dan Remaja. Ibu bertiga adalah
keluarga baru pula untuk saya.
19
September 2014
Adinda
R.D. Kinasih
Komentar
Posting Komentar