Meet
you, know you, and then be your friend, is a great honor for me… Hope I still
can be your best friend, forever…
Ini
25 Juli. Ketika Ramadhan memasuki tiga hari terakhir. Ah…Ramadhan, mengapa
secepat ini kau pergi? Tapi hari ini, warnamu berbeda. Ada cerah menyemburat di
wajahmu kali ini. Seperti semangatku yang meletup. Tak seperti langitmu yang
redup.
Ini 25 Juli. Tanggal ini sudah kutunggu sejak seminggu
lalu, sudah kuhadiahi lingkaran merah di kalender, sejak para sahabat
menjadikannya topik obrolan di BBM. Tanggal ini menjadi semacam hadiah kejutan
yang membuatku penasaran. Akan se-istimewa apakah tanggal ini nanti?
Dan di sore ini, aku duduk terpaku di ruang tamu pada
pukul empat. Tak berhenti arahkan mata ke jalanan, juga sempat sekali mengirim
pesan singkat. Tapi tiba-tiba ada kecemasan merapat. Ah, semoga saja benar,
Jumat ini menjadi sebuah “hari besar” untuk kita, Sahabat…
*
Setengah lima. Akhirnya, Ade, lelaki tinggi besar
berkacamata itu tiba, dengan jaket merah, juga MegaPro hitamnya. Usai salam
sapa sejenak, kami segera pamit karena waktu makin menyempit. Kami sudah
terlambat setengah jam dari waktu yang dijanjikan. Agak kaget ketika mengetahui
teman perjalanan Ade kali ini. Motor setinggi ini, apa aku bisa? Baiklah, coba
dulu. Seperti biasa, aku selalu menanyai orang yang memboncengku saat aku akan
naik, “Udah siap belum?” dan itu pula
yang kutanyakan pada Ade. Dia menahan motornya kuat-kuat, dan Bismillah! Akhirnya
aku bisa naik dengan cukup cepat, dan tak sesulit biasanya. Alhamdulillah…
Terimakasih ya De…
MegaPro itu melaju cukup kencang, demi mengejar waktu,
meski sesekali harus melambat karena sore ini jalanan cukup padat. Ya, pada
jam-jam segini, pasti orang-orang sibuk membeli takjil dan hidangan berbuka
puasa. Dan mungkin ada pula yang akan menghadiri undangan buka bersama, seperti
kami.
Kira-kira pukul lima kurang sedikit, kami tiba di sebuah
warung lesehan yang telah disepakati sebelumnya. Pelataran parkirnya yang cukup
luas itu hampir penuh dengan berbagai jenis motor. Eh, ada Ulfa dan Ikra yang
sudah tiba lebih dulu. Kami saling menyapa dan bertukar cerita, sambil menunggu
kedatangan yang lain.
Ikra. Awalnya aku kaget, karena ia masuk sebagai salah
seorang anggota grup BBM yang dibuat oleh sahabat merah putih. Bukannya ini
temanku saat MAN dulu? Kenapa bisa masuk ke sini? Seingatku, dulu aku tak punya
teman SD bernama Ikra. Setelah kutanyai, ternyata dulu ia sempat bersekolah di
SDI, tapi hanya saat kelas satu saja. Hmm…pantas saja kalau aku tak tahu,
hehehe…
Beberapa menit kemudian, datang beberapa sahabat yang
lain. Syifa, Rendik, Pipit, Dea, Santi, Fian, Niko, juga Dimas. Kami segera
menuju tempat yang telah dipesan. Beberapa saat kemudian, Edo muncul, disusul
Fafan, Vina, dan Sinta. Hidangan pun sudah tiba, ada empat bakul nasi putih,
ayam kremes, ayam bakar, koloke, tumis kangkung, juga tempe dan tahu penyet.
Tak lupa es jeruk, jeruk hangat, dan teh sebagai minumnya.
Eh, tapi di mana Reza? Lelaki yang kini tinggal di
Kalimantan itu sempat memberitahuku di BBM, bahwa hari ini dia akan pulang.
Tapi setelah kutanyai Ade, ternyata dia tidak pulang. Sayang sekali… Namun, ia
sempat menghubungi Ade dan ngobrol dengan kami semua.
Beberapa menit sebelum adzan Maghrib, ada tiga orang lagi
yang menyapa kami. Wah, itu Aning dan Yogi? Sudah lama sekali aku tak bertemu
mereka! Tak ketinggalan, Gilang juga datang paling akhir, dan ia hanya memesan
soda gembira saja. Aku hanya tersenyum saat teman-teman lain meledeknya.
Akhirnya, waktu berbuka tiba. Kami segera menyantap semua
sajian itu, diselingi obrolan berbalut canda, juga berfoto-foto selfie. Hahaha…
*
Usai berbuka dan shalat Maghrib, kami menyempatkan foto
bersama, seperti biasa. Sayangnya setelah itu, Gilang, Niko, Fafan, dan Aning
harus pulang lebih dulu. Sementara yang lain masih meneruskan obrolan, ada pula
yang mengirim foto. Vina, Syifa, dan Pipit malah asyik melihat-lihat jilbab
dagangan Sinta. Kami juga sekalian menyusun rencana untuk Lebaran nanti.
Senja memudar, berganti langit kelam malam. Kami
memutuskan melanjutkan perjalanan, belum ingin kembali ke rumah. Ade sempat
menukar sementara motornya dengan matic milik
Edo, agar aku bisa lebih mudah naik. Ya Allah, sampai segitunya. Sekali lagi,
terimakasih…
Para sahabat melaju lagi dengan motornya masing-masing,
ada yang sendiri, ada pula yang berboncengan. Di perjalanan, Edo yang
mengendarai motor Ade sempat mengobrol dengan sang pemilik motor, juga
denganku.
“Dinda,
kamu suka nulis ya? Tulisan kamu bagus-bagus lho!” katanya. Aku agak kaget.
“Eh,
kamu baca juga? Hehehe, iya, suka…tapi kadang kalau udah nggak mood jadi agak susah nulisnya,” jawabku.
“Hmm…kalau
nggak mood tetap dicoba nulis aja,
Din!” sahut Ade. Aku mengiyakan. Edo pun ikut setuju dengan komentar Ade.
Hmm…nanti baca juga cerita yang ini ya, Do! Hehehe. Udara cukup dingin malam ini, dan sepertinya perutku mulai
merindukan minuman hangat. Kira-kira ke mana ya tujuan selanjutnya? Tunggu
sesaat lagi, setelah pesan-pesan berikut ini! *eeeh :D
*
Aku memandang heran pada sebuah bangunan lawas yang
dipadati banyak orang di seberang jalan. Oh…kafe ini. Ternyata ke tempat inilah
destinasi berikutnya. Aku belum pernah ke sini, hanya pernah lewat saja. Karena
parkiran penuh, kami harus parkir di seberang kafe, di sebuah pekarangan
kosong. Kemudian menyeberangi jalanan yang masih cukup ramai. Aku menyeberang
diapit Dea dan Sinta.
Setelah menata bangku, beberapa menu pun dipesan. Aku
langsung menjatuhkan pilihan pada secangkir Milo hangat dan kentang goreng
bumbu balado. Sahabat yang lain beragam pesanannya, mulai dari lemon squash, vanilla latte, sparkling tea,
cappuccino, es kopi, pisang cokelat keju, hingga kerupuk sambal pun
diorder.
Perbincangan seru masih berlanjut sembari menunggu
hidangan datang. Kupandangi sekeliling, banyak orang mengobrol seru dengan
temannya. Mungkin mereka juga sedang reunian seperti kami, hehehe. Sesi foto
pun belum usai, mulai dari foto selfie, hingga berpose menggunakan kamera SLR
milik Yogi. Sayangnya, Sinta dan Rendik pulang lebih dulu. Mungkin tak sabar
menunggu pesanan mereka, ya…hehehe…
Setelah menunggu cukup lama, tibalah secangkir Milo
hangatku beserta beberapa minuman lainnya. Kuminum sedikit-sedikit sambil
sesekali nimbrung dengan para sahabatku itu. Apalagi setelah tiga piring
kerupuk sambal, dua porsi pisang cokelat keju, juga dua piring kentang goreng
tiba di hadapan kami. Perbincangan terasa makin seru saja. Ada saat kami diam
sebentar, sibuk sendiri bermain game
online, membuka jejaring sosial, atau membalas pesan singkat. Aku, membuka
menu Note di ponselku dan mulai membuat kerangka untuk cerita ini, hehehe…
Milo hangat itu mendingin, sejalan dengan pikiranku yang
lari ke mana-mana. Ya Allah, terimakasih untuk rangkai sore, senja, dan malamku
kali ini yang punya warna berbeda. Terimakasih karena Engkau berkenan
mempertemukanku lagi dengan mereka, Sahabat Merah Putih-ku… Semoga persahabatan
kami ini tetap indah terjalin…
*
Tak terasa, sudah satu jam berlalu sejak aku menelepon
orang rumah demi tak membuat mereka cemas karena aku belum pulang. Untung saja
mereka mengerti. Mungkin mereka pun tahu letupan semangat dan kegembiraanku
karena bisa bertemu lagi dengan para sahabatku itu. Sekarang pukul sembilan.
Dan kami memutuskan untuk segera beranjak dari tempat ini, yang malah makin
ramai saja. Usai membayar semua pesanan, kami menghampiri motor masing-masing.
Aku masih akan pulang bersama Ade, dan kini ia sudah
kembali bersama MegaPro hitamnya itu. Setelah saling berpamitan, satu persatu
motor pun melaju. Syukurlah, aku bisa naik dengan lebih cepat daripada sore
tadi. Kali ini ia memacu motornya tak sekencang sore tadi.
“De, maaf ya, udah ngerepotin kamu!” ucapku tiba-tiba.
“Udah tiga kali kumpul-kumpul gini, kamu terus yang jemput aku…”
“Halah, Diiin..Diin..kayak aku siapa, aja. Nggak apa-apa,
ini juga pas aku bisa, kan. Udahlah, santai aja. Yang penting kita bisa ketemu
dan kumpul kayak gini aja, dan itu nggak bisa dihitung dengan apa pun!” jawab
Ade santai.
Aku tersenyum sendiri.
Sungguh Sahabat, memiliki kalian adalah sebuah anugerah terindah untukku. Aku
jadi teringat sebuah quotes yang
pernah kubaca, “Good friends are like
stars. You don’t always see them, but you know they’re always there.”
Dan itu seperti kalian…
*
Duapuluh menit kemudian, motor berhenti di halaman
rumahku. Aku turun dari motor, disusul Ade. Ayah membuka pintu garasi dan
tersenyum menyambut kami. Ade sempat meminta maaf pada ayah karena pulang
kemalaman. Ayah pun sempat menanyai Ade tentang kuliahnya. Kemudian, ia segera
pamit pulang. Kuucap terimakasih dan maaf sekali lagi sebelum ia pergi.
*
Terimakasih Ade Surya Haryono, Muhammad Arfian, Afian
Hakim, Dimas Fanny, Rendik Milu, Niko Bagus, Alif Ubaydullah Firdausy, Asha
Ikra Rinanta, Yogia Gusti Yahya, Gilang Yulio Putra, Elvina Alviatur Rasyidah,
Aksanti Ekasiwi, Ulfa Fikria Putri, Pipit Puspita Dewi, Yusrina Syifa Halista,
Claudia Diba, Wafia Silvi Dhesinta, juga Pawestri Dwi yang telah membuat
Ramadhanku kali ini miliki warna berbeda. Semoga di Idul Fitri nanti, kita bisa
berkumpul lagi, ya!
It’s
not a goodbye yet, Friends, because I know that we’ll meet again, soon! Have
you all in my life is a pride for me! Thanks a lot!
Blitar,
26 Juli 2014
Adinda
Dara
Komentar
Posting Komentar