Memori Seragam SMA

Kita Selamanya mengalun memenuhi ruang kamarku pagi ini. Memaksa kembalikan memori itu... Pada saat yang sama, seragam SMA kukeluarkan dari almari, demi membuat tempat baju bercat hitam itu lebih lapang...

Seragam SMA... Ah, SMA... Masa itu sungguh berpelangi. Tak hanya "mejikuhibiniu", bahkan warna hitam dan abu-abu pun ada di situ. Apa kabar kalian semua, teman-temanku? Masihkah kalian rindu, memasuki kelas, berdoa, belajar, bercanda, pusing-pusing menghadapi ujian, diserang amarah guru, berkutat dengan tumpukan tugas... Masihkah kalian ingat semuanya?

Sahabat, kini, setelah dua tahun berlalu sejak hari kelulusan, aku malah sangat ingin mengulang masa itu lagi... Kupikir, masa itulah yang paling lengkap. Ada persahabatan, persaingan, permusuhan, bahkan awal tertulisnya kisah-kisah cinta...

Bicara kisah cinta, bagiku tak ada habisnya. Pada masa inilah awal tertulisnya kisahku. Aku, yang hanya seorang gadis sangat biasa, dengan fisik yang sedikit "berbeda", diberi kesempatan oleh Tuhan untuk merasakannya. Menjatuhkan cinta pada seseorang.

Menjatuhkan cinta pada seseorang, ya! Bukan perkara gampang. Apalagi realita berkata bahwa dia tak mungkin memberikan hatinya padaku. Ah....

Segera kuganti tembangku. Tak Lagi Sama. Ya, kini semua memang tak sama lagi. Dia, telah musnah, terenggut oleh jarak yang membentang, terbunuh oleh waktu yang membisu...
Bukan dia yang di SMA. Bukan dia yang berlarian menuju tempat parkir, tergesa, karena bel masuk melengking memanggilnya untuk segera masuk kelas. Bukan dia yang berdiri di depan kelas, memberikan arahan, masukan, bahkan amarahnya, sebagai sang ketua Jurnalistik.
Bukan dia yang sering memarkir motor di dekat bangku bundar, lalu menemaniku di sana, menghapus kejenuhan dengan cerita-cerita seru, berhias canda, amarah, senyuman, dan keterdiaman...
Dan bukan dia yang selalu kirimkan deretan kata, dan perdengarkan suaranya ke ponselku... Waktu telah berhasil mengubahnya....

Kadang aku rindu... Kala hujan di sore hari, saat aku baru tiba dari sekolah, melelahkan, dia hadir tiba-tiba, memberi sinyal lewat ponselku yang berdering. Lalu tawa renyahnya segera menyusupi gendang telingaku...
Tapi kini... Sekali lagi, aku bilang waktu memang hebat! Dia bisa mengubah segalanya!

Tiba-tiba, sebuah instrumen merdu terdengar. Karya David Albert, keyboardist baru sebuah band yang telah kembali dari kevakuman yang lama, dikembalikan oleh waktu. Separuh Aku....
Ingatanku melayang, lagi dan lagi...padanya... 
Semua memang tak lagi sama, namun coba dengar aku....
Suara hati ini memanggil namamu... Karena separuh aku, DIRIMU....

Kupandangi setelan putih abu-abu itu... Andai saja ada tombol repeat, aku akan memutarnya kembali di sini... Tapi, sekali lagi... WAKTU! Dia yang berkuasa, dia yang tak menghendaki semua itu berulang. Semua memang tak lagi sama, takkan pernah sama....
Kuharap kau baik saja di sana. Bersahabatlah dengan bentangan jarak, dan waktu yang mengganas itu.... Waktu dan jarak yang merenggut masa kita dulu...
Kini peran waktu beralih pada masa datang.... Bagaimana Aku dan Kamu, hanya waktu yang akan menjawabnya....

1 Oktober 2012
   

Komentar